Kamis, 26 Februari 2015

Sejarah Penambangan Bauksit di Bintan


 
Gambar diatas merupakan situasi penambangan bauksit jaman dulu.

         Di Bintan, bauksit adalah salah satu komoditas yang melimpah, sehingga di Bintan ini terkenal kegiatan pertambangan bauksit. Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1924 di Kijang, pulau Bintan, di provinsi Kepulauan Riau.  Bijih bauksit yang ada di Pulau Bintan, ditemukan selama penyelidikan bijih timah di Kepulauan Riau oleh urusan pertambangan Hindia Belanda (Minjwezen) pada tahun 1920. Pada tahun 1925, penemuan ini dilaporkan pula dalam “Verslagen en Mededelingen betreffende Indische delfstoffen en hare toepassingen” (laporan dan pengumuman tentang bahan tambang di Hindia Belanda dan aplikasinya) di kantor unit pertambangan bauksit Kijang.



Gambar diatas merupakan gambar kantor unit pertambangan Kijang



Gambar diatas merupakan situasi penambangan bauksit jaman dulu.



          Belanda memulai melakukan penambangan bauksit pada tahun 1920. Belanda merupakan Negara pertama kali yang melakukan penambangan bauksit. Belanda melakukan surve ke sejumlah titik dan dilanjutkan dengan membuat sejumlah lubang dan akhirnya melakukan eksploitasi bauksit di kijang. Tambang yang dinamakan setelah Gunung Kijang ini merupakan tambang yang mulanya dikelola perusahaan Belanda, Naamloze Vennootschap Nederlandsch Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij, sejak 1935.




Situasi diatas menggambarkan Belanda melakukan survey di sejumlah titik 



Gambar diatas menggambarkan Belanda sedang melakukan ekspoitasi






Pada gambar diatas menggambarkan situasi Zaman Belanda.


         Oleh karena bijih bauksit yang menjadi bahan baku utamanya yang ditemukan di Asia Timur agak kurang, maka penemuan cadangan bauksit pertama di Pulau Bintan telah memungkinkan realisasi rencana tersebut. Sehingga tidak mengherankan bahwa pihak Jepang segera menunjukkan minat yang besar terhadap bauksit Pulau Bintan tersebut. Pada 1930-an, negara Jepang mengambil alih penambangan bauksit di Kijang dari Belanda. Selama zaman pendudukan Jepang, produksi bijih bauksit dilanjutkan oleh orang-orang Jepang, untuk tujuan yang lebih jauh. Material dan mesin-mesin dibawa ke Pulau Bintan. Dan sejumlah besar koeli yang disebut romusha didatangkan pula dari Pulau Jawa.




Gambar diatas menggambarkan Jepang mengambil alih penambangan bauksit dari Belanda.




 Gambar diatas menggambarkan sitasi pada zaman Jepang


         Instalasi pertambangan bauksit di Pulau Bintan tidak hancur selama zaman pendudukan Jepang, namun setelah perang dunia kedua selesai, semuanya ditemukan dalam kondisi yang tidak terawat.
Oleh karena itu harus dilakukan perbaikan yang menyeluruh dan juga dibutuhkan pembelian peralatan yang baru sebelum produksi dalam skala yang sedang dapat dilanjutkan pada kwartal terakhir tahun 1947.




Gambar diatas menunjukan perjuangan Trikora terhadap Jepang.

         Pada 1950-an, Trikora mengambil alih bauksit dari Jepang. Ditahun 1959, pemerintah secara resmi mengambi alih tambang Kijang dan pada akhirnya menyerahan pengelolaan ke PT ANTAM (Persero) di tahun 1968. Pada tahun 2009, PT ANTAM menghentikan kegiatan pertambangan dan saat ini melakukan program pasca-tambang untuk mengembalikan fungsi asli lingkungan. 


Gambar diatas merupakan gambar PT. ANTAM melakukan program pascatambang.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar